Ada banyak sekali
orang kreatif di Jepang. Banyak dari mereka yang berkontribusi bagi negara dengan
melakukan penelitian atau menciptakan produk-produk inovasi seperti yang selama
ini kita ketahui.
Tapi, kalau ada
siang, berarti ada juga malam. Tidak hanya untuk hal-hal yang baik, sebagian
kecil orang Jepang juga memanfaatkan kepintarannya untukberbuat kejahatan seperti merampas harta orang lain.
Tingkat kriminalitas yang rendah di Jepang justru
menjadi penyebab orang-orang mudah terperdaya terhadap tipuan. Berbeda dengan
kita orang Indonesia yang sudah sering mendapatkan SMS 'minta pulsa' atau
'transfer uang di ATM' hampir setiap minggunya, orang-orang di Jepang tidak
begitu terlatih untuk menghadapi masalah seperti ini.
Coba kita tengok satu contoh kasus berikut ini.
Seorang lelaki berumur 20-an menjadi anggota sebuah
perusahaan agensi kencan online bernama Aglaia Japan dan dipertemukan dengan
seorang 'artis muda' yang cantik. Namun ia baru menyadari bahwa dirinya telah
ditipu setelah 1 tahun berhubungan dengan sang gadis, disaat ia sudah
kehilangan 2,7 juta Yen atau sekitar Rp. 270.000.000!
Ironisnya, ini hanyalah satu dari beribu-ribu kasus
serupa lainnya yang telah dilaporkan ke polisi.
Pada kasus yang satu ini, korban mulai menerima
pesan-pesan elektronik melalui layanan kencan dari seseorang yang
mengidentifikasikan dirinya sebagai "Atchan dari AKB48". Atchan
adalah nama panggilan dari Atsuko Maeda, mantan anggota grup musik pop terkenal
di Jepang: AKB48.
Korban mengaku sudah merasa memiliki hubungan yang
dekat dengannya. Si artis palsu tersebut sering menulis pesannya dengan
pernyataan seperti "Aku akan naik ke panggung 5 menit lagi" atau
"Kami baru saja menyelesaikan pertunjukan" agar terdengar meyakinkan
bagi si korban.
Padahal pada kenyataannya, adalah karyawan Aglaia
Japan yang menulis semua itu. Mereka rajin mengikuti banyak situs penggemar dan
blog asli Atsuko Maeda sendiri agar bisa mendapatkan informasi yang akurat dan
aktual mengenai keberadaannya pada saat itu.
Namun tentu saja, bagaimanapun juga proses mengirim
pesan hanya bisa dilakukan melalui situs agensi kencan tersebut, dan setelah
masa percobaannya selesai, sang korban pun dikenai biaya 450 Yen (Rp.45.000)
untuk setiap pesan yang ia kirim.
Demi melanjutkan triknya, perusahaan bahkan sampai
membuat janji pertemuan antara dirinya dan si artis palsu. Setelah sang korban
tiba di stasiun kereta pada waktu yang disepakati, tiba-tiba dia menerima pesan
dari si artis palsu 'Atchan' yang mengatakan bahwa ia tidak bisa datang karena
ia harus bertemu dengan manajernya saat itu juga. Dan akhirnya, si korban pun
menyadari bahwa semua ini adalah tipuan yang dimainkan oleh Aglaia Japan.
Pada bulan Maret, Yusuke Aikawa (34 thn) pemilik
dari perusahaan agensi tersebut akhirnya diadili di pengadilan setelah pihak
kepolisian mengonfirmasi bahwa ia telah merampas total uang sejumlah 210 juta
Yen (sekitar Rp. 21 miliar) dari setidaknya 2100 anggota.
Kasus lainnya yang masih berkaitan adalah kasus
seorang wanita berumur paruh baya yang juga ditipu melalui individu palsu
ciptaan Aglaia Japan. Individu ini mengaku sebagai seorang dokter yang katanya
mengalami kecelakaan parah.
Meskipun mereka belum pernah tatap muka secara
langsung, sang wanita bersedia mengirimnya uang sebesar 1,1 juta Yen (sekitar
Rp. 110.000.000) setelah dijanjikan akan menikah dengan si dokter.
Tentu saja, selain Aglaia Japan, banyak
perusahaan-perusahaan lain atau individu yang juga memanfaatkan kecerdasan
mereka demi mendapatkan uang haram. Masalah penipuan semacam ini dulu pernah
marak terjadi di tahun 1990-an di Jepang, dimana si penipu menggunakan media
telepon untuk melancarkan aksinya. Penipuan sejenis ini mereka beri julukan
sebagai penipuan "Ore-ore".
Istilah "ore-ore" muncul dari panggilan
yang diucapkan secara terburu-buru oleh si penipu setelah telepon diangkat oleh
calon korban. Mereka kemudian ditipu dengan pernyataan darurat buatan yang
menyatakan seolah-olah si penipu adalah teman atau kerabat jauh dari para calon
korban yang telah mengalami kecelakaan, dan kemudian meyakinkan mereka untuk
mengirimkan sejumlah uang ke rekening palsu.
Metode lainnya yang juga sering dipakai adalah
kebohongan dimana para korban dibujuk menginvestasikan uang Yen mereka ke dalam
bentuk mata uang negara lain. Si penipu menyebutkan jumlah uang yang relatif
besar yang akan diterima oleh para klien setelah mereka berinvestasi. Tetapi
pada kenyataannya, jumlah uang yang mereka janjikan tersebut tidak sebanding
dengan uang Yen yang telah diinvestasikan oleh si korban.
Tom Gill, profesor bidang antropologi di
Universitas Meiji Gakuin, Tokyo, berujar, "Jepang yang modern sudah
terlena masuk ke dalam rasa aman yang salah, rasa aman yang menipu. Sehingga
banyak dari mereka yang sekarang menjadi korban tindak penipuan orang-orang
licik, meskipun penipuan itu adalah jenis penipuan yang paling mudah
ditebak."
Contoh Nyata di foto ini adalah percobaan penipuan
yang mencoba mengirim ke Inbox saya..ga hanya 1x tapi lebih dari 10x mereka add
facebook saya..dengan nama Jepang dan foto wanita2 cantik Jepang..pada saat
saya sudah konfirmasi pertemanan..mereka menulis hal seperti mengajak kenalan
dengan email sekian2 agar kenal saya lebih dekat..dan ya ini adalah modus
penipuan model Jepang..dan setelah dia kirim pesan secara masal..maka mereka
akan menutup akun nya..ciri2 khusus nya mereka menggunakan wanita cantik
sebagai foto profil..dan jumlah teman nya hanya sedikit..biasanya tidak sampai
30 orang karena mereka langsung menutup akun nya setelah mengirim pesan
Jadi, berhati-hatilah!
0 komentar:
Post a Comment